Sandiaga Klaim Pernah Bangun Tol Tanpa Utang, Begini Faktanya

By Admin


nusakini.com - Jakarta - Usai berdialog dengan pelaku UMKM di Foodcourt Urip Sumoharjo, Surabaya, Selasa (1/1/2019), cawapres nomor Urut 2 Sandiaga Uno kembali menegaskan jika terpilih nanti tak akan bergantung pada utang. 

Sandiaga kemudian mencontohkan proyek tol Cikopo-Palimanan yang bisa dibangun tanpa berutang.

"Bisa (tanpa utang), saya sudah membangun Cikopo-Palimanan 116 kilometer tanpa utang sama sekali," kata Sandiaga.

Sandiaga bahkan menyinggung soal pemerintahan sekarang.

"Sudah dibuktikan dan Bu Sri Mulyani dan Pak Darmin Nasution sudah mengakui juga. Tapi tidak dilakukan, karena apa? Karena ada kebijakan yang lebih pro kepada penambahan utang," singgung Sandiaga.

Bagaimana Tol Cipali?

Tol Cipali mulai dibangun atau groundbreaking pada 8 Desember 2011. Awalnya, tol ini ditargetkan rampung pada September 2014. Pembangunan tol ini berdasarkan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol yang diamandemen pada 27 Oktober 2011. Total nilai investasi tol sebesar Rp 12,56 triliun dengan masa konsesi 35 tahun. Jalan tol ini dijadwalkan untuk rampung pada bulan September 2014.

Adapun LMS sendiri merupakan perusahaan patungan dengan kepemilikan perusahaan Malaysia, Plus Expressways Berhard 55% dan PT Bashkara Utama Sedaya (BUS) sebanyak 45%. 

Sementara, BUS merupakan konsorsium terdiri dari PT Interra Indo Resources, PT Bukaka Teknik Utama, dan PT Baskhara Lokabuana.

Sedangkan keterkaitan Sandiaga ada pada Interra Indo Resources, dimana merupakan anak usaha PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG). Dalam keterbukaan Bursa Efek Indonesia (BEI), Sandi masih memegang saham sekitar 24% di SRTG.

Soal pembiayaan, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) memimpin sindikasi 21 bank dalam pendanaan pembangunan jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali) sebesar Rp8,8 triliun.

Direktur BCA Dhalia Mansor Ariotedjo, di Gerbang Tol Cikopo Purwakarta, Sabtu (13/6/2015), menyebutkan pada September 2012, BCA, Bank DKI, BJB, Bank Panin, dan ICBC sebagai joint lead mandated arranger and bookrunner bersama 17 bank dan lembaga keuangan lainnya, menyatakan komitmen untuk mendukung pendanaan pembangunan jalan tol itu melalui kredit sindikasi senilai Rp8,8 triliun 70 persen dari total nilai investasi tol sebesar Rp 12,56 triliun. Sedangkan 30 persen dari ekuitas perusahaan pemegang konsesi. 

Namun, saat diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 13 Juni 2015, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Achmad Abdul Gani Ghazali saat itu menyebut, nilai investasi tol bengkak sekitar Rp 1 triliun. Kenaikan nilai investasi ini disebabkan adanya perubahan rute dalam pelaksanaan pembagunan. Sebab, ada bidang tanah yang tidak bisa dibebaskan sehingga mesti mencari rute alternatif.

"Investasi yang ditelan untuk jalan tol ini hampir Rp 13,7 triliun. Awalnya hanya Rp 12,7 triliun," katanya usai peremian di Pintu Tol Cikopo, Purwakarta.

Setelah itu, tak lama usai tol beroperasi, Saratoga Investama Sedaya kemudian melepas kepemilikannya di Tol Cipali. Hal tersebut diketahui melalui Keterbukaan BEI.

Dari surat Saratoga yang dilayangkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI pada 18 Januari 2017, perseroan selaku penjual melakukan satu paket transaksi kepada PT Astratel Nusantara selaku pembeli. Adapun yang ditransaksikan berupa kepemilikan atas 40% saham di PT BUS yang dimiliki secara tidak langsung oleh perusahaan, melalui anak usahanya PT Interra Indo Resources. Kedua, pengalihan piutang konversi perseroan terhadap BUS dengan nilai Rp 900,1 miliar.

"BUS merupakan pemegang 45% (empat puluh lima persen) saham di PT Linyas Marga Sedaya (LMS) yang merupakan pemilik konsesi ruas jalan tol Cikopo-Palimanan," bunyi surat tersebut. (sm/mk)